Questions? +1 (202) 335-3939 Login
Trusted News Since 1995
A service for political professionals · Friday, July 18, 2025 · 831,970,115 Articles · 3+ Million Readers

Indonesia Tawarkan Kesepakatan Dagang USD 34 Miliar ke AS, Jadi Strategi Hadapi Ancaman Tarif

Pura Bali di tepi danau yang tenang dengan latar bendera AS, melambangkan kesepakatan perdagangan senilai USD34 miliar antara Indonesia dan perusahaan-perusahaan Amerika di tengah ketegangan tarif global. – EBC

Indonesia Ambil Langkah Diplomasi Perdagangan Berani Lewat Kesepakatan Komersial USD34 Miliar dengan AS—EBC Financial Group Analisis Dampak Strategis terhadap Rantai Pasok Asia Tenggara.

EBC Financial Group menilai langkah Indonesia sebagai manuver strategis di tengah ancaman tarif era Trump yang membayangi ekspor Asia Tenggara.

INDONESIA, July 17, 2025 /EINPresswire.com/ -- Menjelang tenggat waktu 1 Agustus untuk pemberlakuan tarif baru dari Amerika Serikat, pemerintah Indonesia bergerak cepat. Bukan sekadar merespons tekanan global, Jakarta justru mengajukan proposal konkret. Pemerintah memfasilitasi penandatanganan kesepakatan dagang senilai USD 34 miliar antara sejumlah perusahaan Indonesia dan korporasi asal AS. Kerja sama ini mencakup sektor energi, pertanian, aviasi, hingga mineral strategis.

Langkah ini bukan hanya untuk meredakan potensi gesekan dagang dengan Washington, tetapi juga mencerminkan strategi jangka panjang guna memperkuat industri nasional, rantai pasok, dan ketahanan tenaga kerja Indonesia.

Menurut Kedutaan Besar RI di Washington, kesepakatan ini dicapai dalam serangkaian pertemuan tingkat tinggi pada 7 Juli lalu. Pemerintah turut berperan aktif sebagai penghubung sekaligus fasilitator dalam perundingan antar pemangku kepentingan. Hasilnya, sejumlah nota kesepahaman (MoU) diteken, membuka peluang baru bagi perusahaan Indonesia dan memperkuat daya tahan ekonomi nasional.

“Indonesia hadir bukan sebagai pihak yang ditekan, melainkan sebagai mitra dagang yang punya nilai strategis jangka panjang,” ujar David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd. “Yang menarik bukan sekadar nilai tawar impornya, tapi pesan di baliknya: ketahanan energi, ketangguhan pertanian, dan akses terhadap mineral strategis. Ini bukan hanya soal tarif, tapi soal siapa yang akan menentukan arah rantai pasok global di masa depan.”

Tarif Mengancam, Indonesia Tawarkan Solusi

Kesepakatan ini hadir di tengah rencana Washington memberlakukan tarif dasar 10% untuk seluruh impor, dengan tambahan 32% yang secara khusus dapat dikenakan pada produk ekspor dari Indonesia jika tak tercapai kesepakatan baru hingga 1 Agustus. Produk yang terancam antara lain elektronik, pakaian, dan hasil manufaktur lain, membuat Jakarta mengambil langkah proaktif demi menjaga stabilitas perdagangan.

Salah satu poin paling signifikan dari paket ini adalah komitmen impor gandum senilai USD 1,25 miliar. Kesepakatan ini diharapkan menopang industri pengolahan makanan dan penggilingan tepung nasional. Perusahaan lokal seperti FKS Group dan Sorini Agro Asia Corporindo ikut menandatangani kesepakatan bersama raksasa agribisnis AS, Cargill.

Di sektor energi, Pertamina meneken perjanjian pengadaan baru yang diperkirakan akan memengaruhi tolok ukur harga LPG di kawasan Asia-Pasifik. Namun, analis mengingatkan agar harga pembelian tetap bersaing dibandingkan dengan pemasok saat ini, guna menghindari beban tambahan pada subsidi energi. Nota kesepahaman yang diteken Pertamina mencakup peningkatan impor gas petroleum cair (LPG) dan bahan bakar olahan dari Amerika Serikat, sebagai bagian dari strategi pemerintah untuk mendiversifikasi sumber energi dan memperkuat ketahanan pasokan nasional.

Meski demikian, sejumlah pengamat menilai manfaat dari impor ini harus ditimbang secara hati-hati terhadap kondisi pasokan dalam negeri. Jika harga bahan bakar dari AS ternyata lebih tinggi dibandingkan pemasok lain, maka keseimbangan subsidi energi nasional bisa terganggu.

Imbangkan Defisit, Perkuat Posisi

Meski defisit perdagangan masih menjadi isu politik di AS, data dari Kantor Perwakilan Dagang AS menunjukkan bahwa pada 2024, defisit perdagangan barang dengan Indonesia mencapai USD 17,9 miliar, naik 5,4% dibanding tahun sebelumnya. Ini memperlihatkan bagaimana Jakarta mulai mengambil pendekatan baru dalam merancang hubungan dagang global.

“Indonesia tidak lagi bermain di sisi defensif. Sekarang, kita tawar-menawar dari posisi yang kuat,” kata Barrett. “Dalam konteks penataan ulang perdagangan global, AS butuh mitra mineral yang bisa diandalkan. Di situ letak kekuatan kartu Indonesia.”

Di luar angka-angka besar, paket ini menandakan ambisi Indonesia untuk menjadi pemimpin dalam strategi perdagangan regional. Pendekatannya jelas: mendukung ketahanan pangan dalam negeri, memperluas akses energi, dan mengamankan peran jangka panjang dalam rantai pasok global yang makin strategis. Di tengah sikap hati-hati negara tetangga, Jakarta tampil dengan tawaran konkret.

Momen Penentu Bagi Ekonomi dan Pasar Indonesia

Paket kerja sama ini bukan sekadar sinyal diplomatik. Dampaknya nyata bagi dalam negeri: membuka peluang bagi petani dan pelaku industri pangan, memperkuat ketahanan energi nasional, serta menempatkan Indonesia sebagai aktor penting dalam ekspor mineral global. Di sisi pasar, peningkatan impor produk pertanian dari AS diperkirakan akan mendorong harga gandum dan jagung, sekaligus mengubah alur distribusi gandum di kawasan Asia-Pasifik.

Untuk jangka panjang, Indonesia tengah memasang taruhan besar: bertransformasi dari eksportir komoditas mentah menjadi pemain manufaktur dan energi hijau bernilai tambah tinggi dalam rantai global.

Untuk analisis lebih lanjut seputar pasar komoditas, kunjungi www.ebc.com.

### 

Tentang EBC Financial Group

Didirikan di kawasan finansial prestisius London, EBC Financial Group (EBC) merupakan merek global yang dikenal akan keahliannya di bidang financial brokerage dan manajemen aset. Melalui sejumlah entitas yang telah diatur di berbagai yurisdiksi utama dunia, termasuk Inggris, Australia, Kepulauan Cayman, Mauritius, dan lainnya, EBC menyediakan akses bagi investor ritel, profesional, hingga institusional ke berbagai pasar global dan peluang perdagangan, mulai dari mata uang, komoditas, saham, hingga indeks.

Telah meraih berbagai penghargaan internasional, EBC menjunjung tinggi standar etika dan kepatuhan. Setiap entitas di bawah EBC beroperasi di bawah pengawasan regulator keuangan masing-masing negara. Di Inggris, EBC Financial Group (UK) Limited diawasi oleh Financial Conduct Authority (FCA). Di Kepulauan Cayman, EBC Financial Group (Cayman) Limited berada di bawah regulasi Cayman Islands Monetary Authority (CIMA). Di Australia, EBC Financial Group (Australia) Pty Ltd dan EBC Asset Management Pty Ltd diawasi oleh Australian Securities and Investments Commission (ASIC). Sementara itu, di Mauritius, EBC Financial (MU) Ltd memiliki izin dan diawasi oleh Financial Services Commission (FSC).

Di balik nama EBC berdiri para veteran industri finansial dengan pengalaman lebih dari 40 tahun di institusi keuangan global terkemuka. Mereka telah melalui berbagai siklus ekonomi besar dunia, dari Plaza Accord, krisis franc Swiss 2015, hingga gejolak pasar akibat pandemi COVID-19. Nilai-nilai integritas, penghargaan terhadap klien, dan keamanan aset menjadi fondasi budaya kerja di EBC. Setiap relasi dengan investor diperlakukan dengan keseriusan yang tinggi dan penuh tanggung jawab.

Sebagai Mitra Resmi Valuta Asing FC Barcelona, EBC hadir secara aktif di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Oseania. Tak hanya fokus pada layanan finansial, EBC turut berkontribusi dalam inisiatif kesehatan global melalui kemitraannya dengan United to Beat Malaria. Selain itu, EBC juga mendukung seri edukasi publik “What Economists Really Do” yang digagas oleh Departemen Ekonomi Universitas Oxford, demi mendorong pemahaman masyarakat luas tentang ekonomi dan peranannya dalam menjawab tantangan sosial yang kompleks.

https://www.ebc.com/

Michelle Siow
EBC Financial Group
+60 163376040
michelle.siow@ebc.com
Visit us on social media:
LinkedIn
Instagram
Facebook
YouTube
X
Other

Powered by EIN Presswire

Distribution channels: Banking, Finance & Investment Industry, Business & Economy, Culture, Society & Lifestyle, U.S. Politics, World & Regional

Legal Disclaimer:

EIN Presswire provides this news content "as is" without warranty of any kind. We do not accept any responsibility or liability for the accuracy, content, images, videos, licenses, completeness, legality, or reliability of the information contained in this article. If you have any complaints or copyright issues related to this article, kindly contact the author above.

Submit your press release